Paragraf
Generalisasi
Perbankan Indonesia telah mengalami
perubahan orientasi sejak terjadi deregulasi keuangan Di Indonesia. Sebelum
tahun 1980-an, bank-bank masih merupakan lembaga yang berorientasi pada produk.
Masyarakat yang membutuhkan pelayanan bank akan datang dan mencari bank.
Berbeda dengan kondisi setelah tahun 1983, bank telah tumbuh spektakuler baik
menyangkut jumlah bank maupun jumlah produk / jasa yang ditawarkan ditunjang
pelayanan yang modern. Persaingan antar bank menjadi semakin tajam baik pada
level inovasi produk, level bunga maupun level pelayanan."Jadi pelayanan
sempurna, bahkan super sempurna menjadi keharusan bagi bank untuk memenangkan
persaingan. Selain itu, bank juga harus menggeser orientasi produk ke orientasi
nasabah."
Paragraf
Analogi
Pemberian subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
yang menjadi agenda pemerintah ternyata bagaikan dua sisi mata uang yang
berbeda, yaitu terdapat sisi positif dan sisi negatif. Di satu sisi, dengan
tidak menaikkan harga BBM merupakan berita gembira untuk masyarakat. Namun di
sisi lain hal tersebut membuat volume BBM meningkat sehingga beban pemerintah
terhadap subsidi BBM semakin meningkat pula. Hal ini dapat di ibaratkan dengan
sekeping mata uang logam yang memiliki 2 sisi mata uang dengan gambar dan maksud
yang berbeda pada setiap sisinya. Ada
konsekuensi dengan tidak dinaikkannya harga BBM yaitu bertambahnya volume
pemakaian BBM. Namun di satu hal dengan
di naikkannya Bahan Bakar Minyak ( BBM ) oleh pemerintah, biasanya bahan-bahan
pokok kebutuhan sehari-hari pun ikut mengalami kenaikkan harga. Ini sangat
memberatkan masyarakat pada umumnya terutama kalangan menengah ke bawah. Bahkan
bukan hanya kebutuhan pokok saja, tapi pelayanan publik pun akan sendirinya
mengalami kenaikkan tarif.
Paragraf
Kausalitas ( Sebab –
Akibat )
Pemerintah dan Bank Indonesia, selama beberapa
tahun ini terus menggaungkan rencana untuk melakukan penyederhanaan mata uang
atau redenominasi. Dalam artian menghilangkan deretan angka nol dalam mata
uang. Bisa tiga angka nol atau kurang yang dihilangkan. Penyederhanaan mata
uang bukan memangkas nilai uang yang dimiliki masyarakat.Penghilangan angka nol
dalam rupiah, dilakukan agar masyarakat terbiasa membawa uang pecahan kecil.
Seiring dengan bertambahnya inflasi maka masyarakat dipaksa membawa uang dengan
dengan nominal besar. Namun akibat dari penyederhanaan mata uang, nantinya uang
logam akan muncul lagi padahal saat ini uang logam sudah jarang digunakan. Selain itu jika masyarakat
tidak mengenal baik rencana redenominasi tersebut, maka akan menimbulkan
inflasi yang tentunya mengganggu kinerja perekonomian Indonesia.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar